Blogger news

Life is like camera. Focus on what's important. Capture the good times. Develop from the negatives. And if things don't work out, just take another shoot

Selasa, 06 Oktober 2015

Bahkan Aku Tak Mampu untuk Tak Peduli.

"lucunya, dalam setiap bangun pagiku - pertanyaan 'apakah dia baik baik saja?', selalu hadir dalam kedipan pertamaku.
ironisnya, akulah orang yang tak pernah baik baik saja."


"lucunya, dalam setiap malamku, mataku tak pernah mampu terpejam tanpa pertanyaan 'apakah ia baik baik saja?'.
ironisnya, masih aku lah orang yang tak pernah baik baik saja."




Aku tak pernah benar benar berhenti untuk peduli. Sekuat apapun aku mencoba, kamu selalu berhasil membuatku menoleh ke arah yang seharusnya tak pernah boleh (lagi) untuk ku tengok, lirik ataupun ku ambil kembali. Nyatanya, aku tak pernah benar benar berlalu. Aku masih disitu. Berdiri di tempat yang sama. Seperti pertama kali engkau menemukanku. Entahlah, ku dengar kau pergi. Dan tak lagi kembali. Entah apa yang sedang ku nanti, seiring waktu kutemukan tangan tangan yang ingin mengajakku pergi dan berlalu, ironisnya, diamku membisu, bukan ku menolak, namun aku tak begitu ingin pergi dari tempatku. Aku berdiri diam mematung, dari tangan tangan lain itu, ku harap salah satunya masih (ada) tanganmu. Aku tahu, harapanku terlalu jauh, untuk memimpikanmu berada di dekatku, kembali menemuiku di tempat yang sama seperti dulu.
Aku heran, kenapa aku masih begitu khawatir akan apapun yang terjadi padamu. Bukankah ada dia yang seharusnya – atau sebut saja lebih berhak untuk mengkhawatirkanmu, bukan aku. Aku bahkan sadar jika bukan tugasku untuk membahagiakanmu, sekalipun hanya untuk memikirkannya, itu bukan tugasku. Namun nyatanya, aku begitu ingin melihatmu tersenyum bahagia – sekalipun itu tak lagi melibatkanku di dalamnya. Aku tau, seberapa kecil artiku untuk mengisi harimu. Yang ingin kau tahu, bagaimana besarnya arti hadirmu untukku.
Bahagiamu, itu bahagiaku.
Resahmu, sakitmu, kacaumu, aku juga merasakannya.
Kau pergi? Hei coba kau berjalan mundur, bukan – aku tak sedang memintamu untuk kembali, coba saja berjalan mundur  aku hanya ingin kau tau aku masih berada disitu. Aku bahkan tak menanti siapapun untuk menyelamatkanku kali ini, aku sedang menikmati apa yang ku sebut luka namun memberiku bahagia, sepertinya cinta is a new kind masochist bagiku.
Demi apapun, aku masih ingin memberikan apa yang kumampu ku berikan untukmu, sekalipun itu ruang terjauh yang kau minta untuk berjarak padaku, aku rela. Aku takkan memohon kau datang dengan senyum dan kembali berjalan di belakangku, menerbangkanku dengan apapun itu dulu yang kau beri untukku. Karena, aku masih di tempat yang sama, masih terbang sekalipun aku terluka, aku takkan jatuh hanya karena kau pergi menjauh. Satu satunya alasanku tetap tinggal dan tak beranjak ialah aku masih begitu mencintaimu.
Aku akan tetatp tinggal sekalipun cahaya yang memberikan sekelebat bayanganmu untuk menemaniku mulai meredup dan sekaligus memudarkan bayanganmu, ku harap kau tahu, aku akan tetap tinggal. Bukanku tak mau berusaha untuk berjalan maju dan memulai semua yang baru, hanya saja aku begitu merasa nyaman dengan semua tentangmu, yang kau tinggal – bersamaku.
Hei, aku masih di tempat yang sama seperti pertama kali kau menemukanku.
Seperti janjiku padamu, sebelum kau berlalu:
Jikalau nanti kau rasa lenyap akan hadirku
karena mentari selalu silaukan sapaku
atau karena pendar lampu samarkan kedipku
tentu kau tahu,
seperti yang sering ku lagukan padamu
aku tak pernah berpindah posisiku
aku masih di situ
Aku masih di tempat yang dulu
seperti pertama kali ku menyapamu,
bahkan sekalipun kau lupa sebutku
dan jika nanti kau ingat kembali hadirku
kau masih akan tetap temukanku
di tempat yang sama seperti dulu” - Bintang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar