Blogger news

Life is like camera. Focus on what's important. Capture the good times. Develop from the negatives. And if things don't work out, just take another shoot

Selasa, 21 Juli 2015

Surat Terbuka (untuk pria): Hei, Jangan Kau Petik Bunga jika Kau tak Benar Benar Ingin Memilikinya.



Hai, ini ku tulis untukmu – siapapun kamu, jika kamu seorang pria. Dan hai, ini ku persembahkan untukmu, untuk hatimu – siapapun kamu, jika kamu seorang  wanita.

Aku tidak sedang ingin menghakimi siapapun, bukan ku tulis untuk menyindir atau melimpahkan kekesalan pada satu pihak. Aku hanya ingin berbagi apa yang ada dalam benakku – dan mungkin banyak wanita lain ingin ungkapkan. Tentang hati dan pencurinya – sadar atau tidak sadar sang pencuri dalam mengambil alih benda rentan itu.
Hai pria, mari kita sedikit berbicara tentang hati seorang wanita. Tentang benda rentan yang mungkin tidak sengaja kau ambil alih dan membuatnya terluka, tentang benda rentan yang mungkin hanya ingin sedikit kau sentuh namun berakhir dengan kau gores hinggah berdarah, tentang benda rentan yang mungkin tak sengaja kau curi namun tak pernah lagi kau kembalikan, tentang benda rentan yang mungkin memang ingin kau miliki namun pada akhirnya kau membuatnya terbengkalai dan menelantarkannya, yah benda itu hati wanita.
Aku, mewakili wanita-wanita yang hatinya tak sengaja terluka karena telah tidak sengaja dicuri oleh seorang pria.
Hati wanita terluka, tentu saja kurasa ia jatuh pada orang yang salah. Mungkin mereka terlihat begitu ceroboh karena menjatuhkannya begitu saja, kepada orang yang tak mungkin menangkapnya. Namun, seharusnya kalian tahu, tak semudah itu wanita untuk menjatuhkannya. Logikanya seringkali mengingatkannya, tentang betapa sakitnya tejatuh, namun pria itu, seakan berbisik ‘kau takkan pernah jatuh, karena kau akan terbang’. Maka, voilaaaaa... wanita menjatuhkan dirinya, dan terlukalah ia.
Tentu saja wanita tak sebodoh itu, ah atau mungkin wanita terlalu berharap. Ya terlalu berharap – hei pria, wanita tak mungkin banyak berharap jika kamu tak memercikkan sinar harapan. Manusia tak akan memohon satu permintaan jika tak ada bintang yang terjatuh. Kamu, tentu saja yang memulainya. Wanita, tak semudah itu menjatuhkan hatinya, ia menjatuhkannya karena kamu mendorongnya – sengaja atau tidak sengaja. Dan semua itu semakin menjadi-jadi saat kau terlihat akan menangkapnya.
Hei pria, tolong jangan curi hati kami dengan perhatian perhatian kecil yang tak seharusnya kamu berikan. Jika kamu hanya ingin ‘bersikap baik’ kepada kami maka tegaskan tujuanmu. Kami bukan makhluk yang diberkati untuk menebak semua maksud baik seorang pria. Kau harus tau betapa susahnya menjadi seorang wanita. Mungkin dengan enak saja kau menebar perhatian, sedangkan kami disini bertanya tanya apa maksud dan tujuanmu. Kami begitu serba salah jika ingin menyikapi sebuah perhatian seorang pria jika kamu tak menegaskan tujuanmu. Ingin bersikap biasa saja menyikapi perhatianmu padahal kamu sebenarnya memang sedang berusaha mencuri hati kami (dan kami tidak tahu) kau bilang kami ngga peka. Sekalinya kami terjatuh karena perhatian (yang kamu berikan hanya karena ingin bersikap baik) kau bilang kami baperan. Jadi, tolong sekali lagi, pertegas tujuanmu. Jangan kau curi hati kami jika kamu tak benar benar ingin memilikinya.
Hei pria, tolong pertegas perasaanmu. Sekali lagi, kami bukan cenayang yang bisa menebak perasaanmu memalui tingkahmu. Mungkin kau sedang berusaha untuk tak melukai hati kami dengan tidak berkata jujur tentang perasaanmu. Tapi ketahuilah, kami lebih menghargai kenyataan yang pahit daripada terjerembab lebih lama karena kau tak pernah tegas dengan perasaanmu dan terus bersikap manis. hei, too much sweets can make you FAT. Sekali lagi, jika memang tujuanmu hadir dan datang bukan untuk mencuri hati seorang wanita (namun tanpa sengaja kau telah mencurinya), lepaskan, berikan kembali hati itu jika memang kau tak berniat merawatnya. Jangan semakin kau genggam dengan alasan kata ‘nyaman’ lalu saat ‘nyaman’ itu hilang begitu saja kau tinggal dan kau telantarkan hati itu. Kau tahu, itu menyakitkan – lebih menyakitkan dari sebuah penolakan.
Jangan bermain dengan hati yang telah tak sengaja berhasil kau curi. Pria, ada kalanya begitu merasa dirinya hebat saat ia (tak sengaja) berhasil mencuri hati seorang wanita. Tapi tolong, jangan permainkan hati itu. Tentu suatu kebanggaan bukan? Saat ada seorang wanita yang hatinya terjatuh padamu, mengejarmu? Alangkah baiknya kau jika dengan baik hati mengangkap dan menjaganya. Namun sungguh terkutuklah kamu, jika kau menerbangkannya namun tak benar benar bermaksud menyelamatkannya saat ia terjatuh. Sungguh, jangan kau terbangkan dan tunjukkan indahnya terbang bersama jika pada akhirnya kau menjatuhkannya ke tanah dan membiarkannya terpecah belah. Kami begitu muak dengan “kita jalani dulu aja ya” – “jodoh ga kemana kok” dan setelah jalan beberapa waktu, kau – pria, menghilang begitu saja. Ya kau mengajari terbang, tapi tak pernah kau ajarkan mendarat dengan selamat.
Hei, jadilah seorang pria yang bertanggung jawab. Sengaja atau tak sengaja kau mencuri hati seorang wanita, bertanggung jawablah. Mungkin kau tak sengaja mencuri hatinya, lalu ternyata hatimu telah tercuri olehnya – maka jaga hatinya, rawat dan jangan biarkan ia terhuyung huyung, tuntun hatinya untuk jatuh ke tempat yang tepat – pelukanmu. Namun kalau memang bukan tujuanmu untuk mencuri hatinya, dan bahkan pesona wanita tersebut tak mampu mencuri hatimu, lepaskan, kembalikan hatinya, karena kau sudah menyelamatkan hatinya dari jatuh kepada orang yang tidak tepat, maka ia akan menyembuhkan hatinya sendiri tanpa mengutuk namamu. Dan jika memang tujuanmu untuk mencuri hatinya, dan ia menjatuhkanya untukmu, dan kau berhasil menangkapnya, rawat hatinya – maka berikan hatimu padanya, ia akan merawatnya, selayaknya kamu merawat hatinya.
Yang kami inginkan hanya sebuah kepastian.
Jangan kau curi hati jika kau tak benar benar ingin merawatnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar