Blogger news

Life is like camera. Focus on what's important. Capture the good times. Develop from the negatives. And if things don't work out, just take another shoot

Rabu, 22 Juli 2015

Bahkan Untukmu, Aku Takkan Bisa Menjadi Egois..



Sejauh apapun aku melangkah, nyatanya aku tetap kembali. Sekeras apapun aku menghindar, nyatanya jeratmu selalu mendapatkanku. Sekuat tenaga aku mencoba pergi, nyatanya jalan itu tetap menuju padamu. Aku sudah mencobanya, membencimu, melupakanmu, menghapus bayanganmu, berpura pura tak mengingat namau, berpura pura tak mengenal siapa kamu, tak ada yang berhasil kulakukan. Yah, semuanya hanya berakhir dengan kepura puraan. Kau, sekeras apapun aku mencoba mengusirmu dari hatiku, otakku bahkan hidupku, sepertinya semesta tak pernah merestui usahaku – karena kau muncul dalam impianku, entah dalam lelapku atau saatku terjaga mimipiku masih menyerukan namamu. Aku menyerah, menyerah untuk menjauhkanmu dari hidupku.
Kau yang harusnya kuusir pergi dari hidupku nyatanya selalu kuundang lagi dan lagi. Mungkin ini cukup untuk membuatmu menyebutku sebagai wanita yang egois. Karena dalam segala sisi pun aku memang menahanmu, bahkan sekalipun aku menyuruhmu pergi nyatanya aku tetap ingin menarikmu kembali. Tapi tidak untukku, aku tak pernah menjadi egois. Aku tak pernah meraih apapun dari sesuatu yang mungkin siapa saja bisa menyebutnya keegoisanku karena tak membiarkanmu pergi. Aku hanya ingin menikmati waktu singkat yang kupunya bersamamu.
Ah, aku selalu terlampau percaya diri. Menyuruhmu pergi? Bahkan aku tak benar benar tau apakah kau pernah tinggal, bodohnya aku. Yah, bagaimana bisa aku mendeklarasikan kehadiranmu jika setengah dirimu saja tak pernah benar benar bersamaku? Bagaimana bisa aku seegois itu menyebut kau tinggal di hatiku sedangkan hatimu saja tergenggam di tangan yang bukan milikku? Kau milik orang lain. Aku tak pernah benar benar memiliki hadirmu, bahkan bayanganmu saja dengan susah payah aku meraihnya. Egoiskah aku?
Egoiskah aku?
Egoiskah aku jika menjadi wanita yang selalu ingin menjadi seorang pertama yang menghapus air matamu, menyudahi sedihmu, memeluk gundahmu bahkan jika semua itu akibat kekasihmu? Egoiskah aku jika aku menahan air mataku, mencoba membantumu, meringankan bebanmu saat amarah sedang melanda kamu dan kekasihmu? Mungkin kamu tak pernah tahu, dilemma besar apa yang selalu berkecamuk dalam hatiku saat kau sedang menumpahkan amarahmu kepada kekasihmu melalui cerita cerita di pesan singkatmu – aku ingin meringankan bebanmu dan membantumu, menyudahi rasa kesalmu mungkin kepedihanmu, padahal jauh di lubuk hatiku aku sedang melukai hatiku sendiri. Aku sedang menyakiti diriku sendiri. Bagaimana bisa aku menjadi egois dengan keadaan seperti itu? Tentu aku egois, dengan cara itu aku membuatmu tetap tinggal bersamaku. Dengan cara melukai hatiku sendiri, aku menahanmu.
Berkali kali aku dengar teman temanku berkata mencintaimu sama saja melukai diriku sendiri. Nyatanya lukaku yang membuatmu tak pergi. Dengan menghapus lukamu – sekalipun itu menyakitiku, telah membuatmu bertahan lebih lama disisiku. Ingatkah? Aku pernah memohon untuk sekali saja menjadi seorang wanita egois? Lupakan. Lupakan hal itu. Aku takkan memintamu untuk melepas pelukanmu dari wanita itu. Aku takkan meminta hatimu untuk kupeluk, aku takkan berharap bisa memilikimu. Tapi biarkan, aku menikmati waktu yang kupunya bersamamu. Aku tahu, aku hanya tamu dalam rumahmu, yang terlamapau merasa nyaman hingga enggan melangkah pergi. Aku sadar kapanpun kamu atau parahnya, wanitamu, bisa mengusirku pergi. Cepat atau lambat, entah aku entah kamu yang akan melangkah pergi. Tapi untuk kali ini saja, selagi aku masih sanggup menahan luka hatiku untuk mendengar ceritamu, selagi aku sanggup tersenyum walaupun ada air mata yang kutahan, selagi aku sanggup untuk menyebutmu hanya sekedar teman walaupun aku mencintaimu lebih dari yang aku tunjukkan, selagi aku mampu menahan keeogisanku untuk memilikimu, biarkan aku menikmati waktuku bersamamu walau tak pernah kupeluk nyatamu bahkan setengah bayanganmu :’)
Bagaimana bisa aku menjadi seorang wanita yang egois? Bahkan saat kau sedang megeluhkan gundahmu, amarahmu pada wanitamu yang ku mampu hanya menenangkanmu, tanpa pernah kucoba untuk membuatmu melepas genggamanmu pada kekasihmu. Aku tak semampu itu, aku tak setega itu, aku takkan membiarkanmu terluka, aku takkan tega membayangkan kau semakin bersedih jika ia lepas dari genggammu – meskipun jauh dalam hatiku, aku bersumpah jika aku yang ada di genggamanmu tak kan kubiarkan telapakmu berdarah oleh sentuhku, aku bisa menjadi lebih baik dari kekasihmu. Tapi untukmu, aku tak bisa menjadi seegois itu...
Dari seorang wanita paling munafik, karena membiarkan dirinya sendiri terluka dan berpura pura tak kenal rasa luka hanya untuk memeluk seorang pria yang terluka karena wanitanya.
Aku mencintaimu.

Selasa, 21 Juli 2015

Surat Terbuka (untuk pria): Hei, Jangan Kau Petik Bunga jika Kau tak Benar Benar Ingin Memilikinya.



Hai, ini ku tulis untukmu – siapapun kamu, jika kamu seorang pria. Dan hai, ini ku persembahkan untukmu, untuk hatimu – siapapun kamu, jika kamu seorang  wanita.

Aku tidak sedang ingin menghakimi siapapun, bukan ku tulis untuk menyindir atau melimpahkan kekesalan pada satu pihak. Aku hanya ingin berbagi apa yang ada dalam benakku – dan mungkin banyak wanita lain ingin ungkapkan. Tentang hati dan pencurinya – sadar atau tidak sadar sang pencuri dalam mengambil alih benda rentan itu.
Hai pria, mari kita sedikit berbicara tentang hati seorang wanita. Tentang benda rentan yang mungkin tidak sengaja kau ambil alih dan membuatnya terluka, tentang benda rentan yang mungkin hanya ingin sedikit kau sentuh namun berakhir dengan kau gores hinggah berdarah, tentang benda rentan yang mungkin tak sengaja kau curi namun tak pernah lagi kau kembalikan, tentang benda rentan yang mungkin memang ingin kau miliki namun pada akhirnya kau membuatnya terbengkalai dan menelantarkannya, yah benda itu hati wanita.
Aku, mewakili wanita-wanita yang hatinya tak sengaja terluka karena telah tidak sengaja dicuri oleh seorang pria.
Hati wanita terluka, tentu saja kurasa ia jatuh pada orang yang salah. Mungkin mereka terlihat begitu ceroboh karena menjatuhkannya begitu saja, kepada orang yang tak mungkin menangkapnya. Namun, seharusnya kalian tahu, tak semudah itu wanita untuk menjatuhkannya. Logikanya seringkali mengingatkannya, tentang betapa sakitnya tejatuh, namun pria itu, seakan berbisik ‘kau takkan pernah jatuh, karena kau akan terbang’. Maka, voilaaaaa... wanita menjatuhkan dirinya, dan terlukalah ia.
Tentu saja wanita tak sebodoh itu, ah atau mungkin wanita terlalu berharap. Ya terlalu berharap – hei pria, wanita tak mungkin banyak berharap jika kamu tak memercikkan sinar harapan. Manusia tak akan memohon satu permintaan jika tak ada bintang yang terjatuh. Kamu, tentu saja yang memulainya. Wanita, tak semudah itu menjatuhkan hatinya, ia menjatuhkannya karena kamu mendorongnya – sengaja atau tidak sengaja. Dan semua itu semakin menjadi-jadi saat kau terlihat akan menangkapnya.
Hei pria, tolong jangan curi hati kami dengan perhatian perhatian kecil yang tak seharusnya kamu berikan. Jika kamu hanya ingin ‘bersikap baik’ kepada kami maka tegaskan tujuanmu. Kami bukan makhluk yang diberkati untuk menebak semua maksud baik seorang pria. Kau harus tau betapa susahnya menjadi seorang wanita. Mungkin dengan enak saja kau menebar perhatian, sedangkan kami disini bertanya tanya apa maksud dan tujuanmu. Kami begitu serba salah jika ingin menyikapi sebuah perhatian seorang pria jika kamu tak menegaskan tujuanmu. Ingin bersikap biasa saja menyikapi perhatianmu padahal kamu sebenarnya memang sedang berusaha mencuri hati kami (dan kami tidak tahu) kau bilang kami ngga peka. Sekalinya kami terjatuh karena perhatian (yang kamu berikan hanya karena ingin bersikap baik) kau bilang kami baperan. Jadi, tolong sekali lagi, pertegas tujuanmu. Jangan kau curi hati kami jika kamu tak benar benar ingin memilikinya.
Hei pria, tolong pertegas perasaanmu. Sekali lagi, kami bukan cenayang yang bisa menebak perasaanmu memalui tingkahmu. Mungkin kau sedang berusaha untuk tak melukai hati kami dengan tidak berkata jujur tentang perasaanmu. Tapi ketahuilah, kami lebih menghargai kenyataan yang pahit daripada terjerembab lebih lama karena kau tak pernah tegas dengan perasaanmu dan terus bersikap manis. hei, too much sweets can make you FAT. Sekali lagi, jika memang tujuanmu hadir dan datang bukan untuk mencuri hati seorang wanita (namun tanpa sengaja kau telah mencurinya), lepaskan, berikan kembali hati itu jika memang kau tak berniat merawatnya. Jangan semakin kau genggam dengan alasan kata ‘nyaman’ lalu saat ‘nyaman’ itu hilang begitu saja kau tinggal dan kau telantarkan hati itu. Kau tahu, itu menyakitkan – lebih menyakitkan dari sebuah penolakan.
Jangan bermain dengan hati yang telah tak sengaja berhasil kau curi. Pria, ada kalanya begitu merasa dirinya hebat saat ia (tak sengaja) berhasil mencuri hati seorang wanita. Tapi tolong, jangan permainkan hati itu. Tentu suatu kebanggaan bukan? Saat ada seorang wanita yang hatinya terjatuh padamu, mengejarmu? Alangkah baiknya kau jika dengan baik hati mengangkap dan menjaganya. Namun sungguh terkutuklah kamu, jika kau menerbangkannya namun tak benar benar bermaksud menyelamatkannya saat ia terjatuh. Sungguh, jangan kau terbangkan dan tunjukkan indahnya terbang bersama jika pada akhirnya kau menjatuhkannya ke tanah dan membiarkannya terpecah belah. Kami begitu muak dengan “kita jalani dulu aja ya” – “jodoh ga kemana kok” dan setelah jalan beberapa waktu, kau – pria, menghilang begitu saja. Ya kau mengajari terbang, tapi tak pernah kau ajarkan mendarat dengan selamat.
Hei, jadilah seorang pria yang bertanggung jawab. Sengaja atau tak sengaja kau mencuri hati seorang wanita, bertanggung jawablah. Mungkin kau tak sengaja mencuri hatinya, lalu ternyata hatimu telah tercuri olehnya – maka jaga hatinya, rawat dan jangan biarkan ia terhuyung huyung, tuntun hatinya untuk jatuh ke tempat yang tepat – pelukanmu. Namun kalau memang bukan tujuanmu untuk mencuri hatinya, dan bahkan pesona wanita tersebut tak mampu mencuri hatimu, lepaskan, kembalikan hatinya, karena kau sudah menyelamatkan hatinya dari jatuh kepada orang yang tidak tepat, maka ia akan menyembuhkan hatinya sendiri tanpa mengutuk namamu. Dan jika memang tujuanmu untuk mencuri hatinya, dan ia menjatuhkanya untukmu, dan kau berhasil menangkapnya, rawat hatinya – maka berikan hatimu padanya, ia akan merawatnya, selayaknya kamu merawat hatinya.
Yang kami inginkan hanya sebuah kepastian.
Jangan kau curi hati jika kau tak benar benar ingin merawatnya.