Ah, rupanya aku hanya seorang gadis kesepian bagimu.
Aku bodoh ya? Mencintai seseorang yang sedikitpun
ternyata tak pernah menyadari arti dirinya untukku. Jadi, kau berpikir selama
ini aku mencarimu hanya karena aku kesepian ya? Nasibku tak semalang itu. Aku bisa
saja memilih siapapun yang mengulurkan tangannya untukku, jika memang aku
sebutuh itu pada sosok untuk melengkapiku. Nyatanya, aku sudah lengkap, tanpa
ataupun ada orang lain di sisiku, tak juga kamu. Bukan aku mau meninggikan
diriku, tak taukah kamu? Ada banyak pria yang datang dan pergi seenaknya di
hidupku, ah atau sebut saja aku jarang menolehkan pandangku pada mereka
sehingga satu persatu jatuh dan gugur kemudian pergi tanpa sepenggal katapun ku
dengar lagi. Jika memang kesepianlah alasanku aku takkan membiarkan satupun
dari mereka untuk gugur dan mati seperti itu.
Nyatanya, aku membutuhkanmu. Bukan untuk
melengkapi kesepianku. Aku membutuhkanmu, karena aku benar benar mencintai
sosokmu – atau yang kamu sebut bayanganmu. Bisakah kau lihat aku? Aku yang
tanpa pernah bermaksud mejatuhkan diriku untukmu, aku yang tak pernah berpikir akan
sejatuh cinta ini padamu, aku yang dengan bodohnya selalu menanti kabarmu
hingga larut menyelimuti bumi, aku yang teresenyum saat kau pamit menjemput
kekasihmu, aku yang sabar untuk menyebutmu temanku sedangkan hatiku selalu
berteriak aku mencintaimu, aku, aku, aku, aku yang dengan senang hati menerima
keluhmu, aku yang tak ingin menuntut apapun darimu selain kabar bahagia darimu,
aku yang mengirim berpuluh puluh pesan singkat walau ku tahu terkirimpun takkan
pernah, aku yang berteriak kegirangan hanya karena melihat laporan pesan
singkatku terkirim untukmu, aku yang tertidur memegang ponselku dan tersenyum
karena pesan singkatmu, aku yang tergila gila suaramu, aku yang tak sabar bisa
bertemu denganmu, aku yang gugup setengah mati saat akan melangkahkan kaki
beriringan bersamamu, aku yang pulang dengan senyum terkembang dan memoir
tentangmu mengalir dengan indah dalam benakku, aku yang mencintaimu tanpa
syarat, aku yang menangis karena kau pergi dari sisiku, aku yang berpura pura
membencimu, aku yang berpura pura merelakanmu, aku yang menangis dengan menulis
semua ini, aku yang menghawatirkanmu, aku yang lagi lagi mengutuk diriku karena
terus mempedulikanmu, aku, aku, aku, aku yang takut untuk benar benar
kehilanganmu, aku yang kau tinggal pergi dangan alasan tak ingin menyakitiku,
aku yang pada akhirnya sadar – akulah yang membutuhkanmu.
Mungkin aku memang sekesepian itu. Atau, aku yang
sejatuh cinta itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar