Hai Bintang, (entah ini akan kamu baca atau tidak, sebaiknya tetap aku
tulis)
Entah ini sudah perpisahan keberapa yang harus kita temui, namun ini
mungkin yang benar benar terakhir. Jadi, ini aku tulis untuk sekedar
berterimakasih dan meminta maaf.
Terimakasih, kamu bintang yang begitu menyenangkan. Karena pada akhirnya
kamu bisa ku jangkau. Meskipun hanya beberapa waktu saja. Terimakasih untuk
segala hal yang pernah kamu bagi untuk bisa aku nikmati. Waktu, tawa, sedih,
pilu, kesal bahkan benci. Terimakasih untuk bulan bulan penuh kejutan, dimana
aku harus tiba tiba kehilangan, dimana tiba tiba kita akan saling menemukan,
atau malam malam dimana aku harus menangis sendirian, atau saat aku bisa
tersenyum seharian. Terimakasih untuk percakapan penuh tawa bahkan tangis di
sela sela tawa kita, atau sekedar malam malam tak terduga yang biasa kamu isi
dengan tutorial memasak atau teriakan karena ada kelelawar. Terimakasih untuk
hujan yang pernah kita bagi, dingin yang pernah kita permainkan, bahkan untuk dini
hari yang tak kita hiraukan, untuk tawa dan keringat dingin saat misi
penyelamatan diri di pagi hari yang berkabut. Terimakasih untuk sekedar iseng
bernyanyi atau membagi playlist musikmu. Terimakasih untuk perdebatan ‘apel dan
tomat’ serta kejadian yang mengawali perdebatan itu, ah aku tak harus
menyebutkan alasan kita berhenti dan melihat apel atau benda yang kamu sebut
tomat itu kan? Ah sudahlah, kita akan tertawa terbahak bahak nanti, saat kita
dipertemukan dengan cara yang lain. Benar, aku tak mau kita bertemu dengan cara
yang menjemukan ini lagi, aku hampir merasa sangat lelah dengan drama kecil
kita. Aku ingin kita bertemu seperti bincang kecil kita di masa lalu; tanpa
sengaja kita bertemu, kau menggandeng wanitamu dan aku akan menggandeng priaku,
lalu kita akan menertawakan ‘kita’ di waktu lampau. Menertawakan seberapa
bodohnya aku yang begitu menyayangimu dan seberapa bodohnya kamu yang
melewatkanku. Dan kita akan menghela nafas panjang, lalu tersenyum, sadar bahwa
itu telah lama berlalu.
Maaf, jika perpisahan ini tak pernah menjadi hal yang baik, sebaik saat
kita memulainya. Maaf untuk segala kebodohan yang aku lakukan. Maaf karena
menahanmu terlalu lama. Maaf untuk bersikap begitu egois. Maaf jika pada
akhirnya, kita saling melewatkan. Maaf, aku memiih kebahagiaanku sendiri. Maaf,
jika aku membuatmu menepati janji di waktu yang tak seharusnya, maaf jika aku
mematahkan sayap sayap bintangku, maaf jika pada akhirnya aku menulis kalimat
penuh maaf ini.
Benar, 11 bulan bukanlah waktu yang singkat. Terimakasih untuk waktu
panjang yang telah kau berikan. Benar sekali, 11 bulan bukanlah waktu yang
singkat untuk semudah itu aku lupakan. Tapi, 11 bulan bukanlah waktu yang
singkat pula untuk merasa disia siakan. Mohon maaf, untuk pengucapan kata
‘merasa disia siakan’ yang aku tulis. Aku tahu, bukanlah maksudmu untuk
menyia-nyiakan kehadiranku. Aku sajalah yang terlalu cepat datang dan
mengganggumu. Mungkin kau tak benar benar melewatkanku. Atau aku juga tak benar
benar melewatkanmu. Ah, tapi 11 bulan adalah waktu yang sangat lama untuk pada
akhirnya membuatmu sadar jika ada seseorang yang senantiasa membuka tangannya
lebar lebar untuk menyambutmu pulang.
Baiklah, sudah ku bilang. Mungkin kita tak di takdirkan untuk saling
mengisi. Kita hanya dipertemukan untuk saling berbagi kebahagiaan. Mungkin
semesta membuatku datang karena kamu memang membutuhkanku untuk berbagi penatmu
karena kekasihmu, dan saat hilang kasihmu pun hilanglah aku – secukup itu
tugasku. Oh tolonglah, aku tak seberani ini untuk menulisnya, tapi kamu harus
tau, kamu bukan lagi kamu yang dulu. Ini adalah salah satu alasanku kenapa pada
akhirnya aku memilih untuk melangkahkan kakiku dan menyuruhmu pergi dariku.
Kamu dan aku, sudah jauh sekali dari tujuan awal kita. Maafkan aku jika ini
salah, ingatkan aku. Kamu pasti tahu tentang
kata ‘saling’ dalam sebuah hubungan. Dan maafkan aku jika pada akhirnya
aku, di hampir akhir pemikiranku, mengalirkan segala upayaku untuk mengingat
lagi bagaimana 11 bulanku berlalu. Ku temui banyak kata ‘saling’ yang muncul,
namun tak lagi kutemui itu beberapa pekan terakhir kita bersama, aku tak lagi
melihatmu dengan tujuan yang sama. Kita pernah berucap untuk saling
membahagiakan, agar saat waktunya tiba untuk kita berpisah kita takkan pernah
menyesal pernah bersama. Tapi, semua terasa berebeda. Kamu terlalu sibuk
membuat dirimu terlihat baik, kamu terlalu sibuk berfikir bagaimana caranya
untuk bertahan, kamu terlalu sibuk mengupayakan segala hal, sehingga kamu lupa
bagaimana cara membahagiakan. Aku tak pernah melihat kamu yang memaksaku
melakukan seuatu, menghendakkan sesuatu sekeras itu padaku, aku tau, itu juga
karena salahku, namun tak lagi ku temukan nyaman di dekatmu. Kamu mebuatmu
terlihat begitu, berbeda. Kau bukan lagi seseorang yang menjagaku karena ingin
membahagiakanku, kali ini kau menjagaku agar tak tersentuh orang lain karena
tujuan yang lain.
Maafkan aku, karena dengan sengaja memasukkan orang lain dalam hidupku. Bukankah
sewajarnya ku lakukan? Ku beri sedikit pengertian. Sekali lagi, sebelas bulan
bukanlah waktu yang singkat untuk merasa disia siakan, dan itu adalah waktu
yang sangat lama untuk membuatmu menyadari
betapa berharganya hadir seseorang. Lalu kenapa aku memilih dia? Dia tak
butuh waktu selama itu untuk menyadari betapa berharganya aku di hidupnya,
itulah alasan mengapa pada akhirnya ia pun begitu berharga untukku dan aku tak
ingin menyia nyiakan pria seberharga itu.
Sekali lagi, terimakasih untuk 11 bulan yang penuh kejutan. Aku mohon maaf
jika pada akhirnya kita saling melewatkan.
Aku mungkin melewatkan hal yang sangat berharga saat aku melewatkanmu, tapi
Tuhan takkan membiarkanku melewatkan sesuatu yang luar biasa tanpa menyiapkan
hal yang lebih luar biasa untukku :)
Temukan dia, seseorang yang berharga karena telah membuatmu begitu
berharga.
Oh, sungguh, mungkin juga kelalaianku. Sebelas bulan bukanlah waktu yang
singkat. Mungkin juga salahku, apakah aku baru berhasil membuatmu merasa
berharga di akhir perjuanganku? sehingga kaupun menyadari kehadiranku di waktu
ku sudah mulai melepas genggamanku. Jadi maafkan aku jika akupun melakukan
kesalahan yang begitu besar, karena lambatnya aku untuk membuatmu menyadari
hadirku.
Aku tak lagi ingin mengucap aku menyayangimu, karena aku tahu itu akan jauh
kau lemparkan dari telingamu. Tapi setidaknya kamu tahu, bahwa selama sebelas
bulan aku bersamamu, aku tak pernah sedikitpun mengurangi kadar perasaan itu.
Terimakasih jika kau mau membaca ini.
Terimakasih.
Selamat jalan, bintang.